DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG. Alhamdulillah, Segala Puji bagi ALLAH SWT, Tuhan sekalian Alam. Selawat dan Salam ke atas Junjungan Besar Baginda Rasulullah SAW, penghulu seluruh Nabi, penghulu seluruh Rasul, pembawa berita gembira dan pembawa Rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita dibangkitkan di hari akhirat bersama Nabi kita, Sayyidina Maulana Muhammad Bin Abdullah At-Toha Al-Ummiy dan semoga kita mendapat naungan Syafaat daripada penghulu kita di hari penghisaban kelak. Amiin. Salam ke atas seluruh Ahli Bait Rasulullah SAW dari awal hingga akhir, terutama buat Imam Akhir Zaman kita, Sayyidina Maulana Al-Imam Muhammad Bin Abdullah Al-Mahdi. Serta salam buat seluruh para Sahabat Nabi RadiAllahu Anhum Ajmain dan sekalian para WaliAllah dan Alim Ulama' yang HAQ pewaris Nabi SAW. Al-Fatihah...
PENDAHULUAN
Pada bulan Rabiul Awal ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, umat Islam di berbagai belahan dunia, kembali akan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. Mengapa umat Islam merasa perlu untuk memperingati hari kelahiran Nabi, padahal seperti umumnya kita ketahui Nabi SAW tidak memerintahkannya?
Ada beberapa versi sejarah mengenai bila maulid Nabi mula diperingati orang. Sayyid Rasyid Ridha, misalnya, mengatakan bahwa orang pertama yang mengadakan pertemuan untuk membacakan sejarah maulud (kelahiran) Nabi adalah salah satu dari raja Syakas di Mesir. Menurut beberapa keterangan lainnya, orang pertama yang mengadakan maulud di Mesir adalah kekhalifahan Fathimiyyah. Namun ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa perhatian terhadap hari-hari besar, telah dimulai sejak masa Nabi SAW, oleh Rasulullah SAW sendiri.
Apapun versi yang kita ikuti barangkali tidak terlalu penting untuk diperdebatkan. Namun, ada sau hal yang kiranya perlu kita tekankan dan kedepankan, bahwa kelahiran Nabi sesungguhnya merupakan salah satu rahmat terbesar yang telah dilimpahkan Allah SWT atas alam dan umat manusia keseluruhannya.
MANUSIA RAHMAT
Allah Swt menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW diutus sebagai "Rahmat bagi sekalian alam" (QS Al-Anbiya, 21 : 107).
Annemarie Schimmel dalam buku ‘Dan Muhammad Adalah Utusan Allah,’ mengatakan: "Kalimat-kalimat Al-Qur’an semacam itu merupakan dasar bagi pemuliaan Muhammad yang jauh melampaui penghormatan yang biasanya diberikan kepada seorang Nabi, dan bahkan kini kaum Muslim yang taat tidak akan pernah menyebutkan sesuatu yang dimiliki oleh atau berkaitan dengan Nabi tanpa menambahkan atribut syarif (mulia)." Apa yang diungkapkan Schimmel itu amat menggugah hati dan keingin tahuan lebih mendalam tentang peribadi Rasul mulia itu. Di samping ayat yang dikutip di atas, bertebaran ayat-ayat lain di dalam Al-Qur’an yang menunjukkan ketinggian peribadi dan kemuliaan akhlak Nabi SAW. Salah satu ayat paling popular yang sering dibaca orang dalam berbagai kesempatan adalah:
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat ke atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah selawat dan salam kepadanya dengan sempurna." (QS Al-Ahzab, 33 : 56).
Salah satu makna selawat adalah "rahmat". Jadi, ketika Allah berselawat kepada Nabi mengandung arti bahwa Dia senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Nabi. Dengan demikian, Nabi Muhammad SAW dapat disebut sebagai "manusia rahmat", karena dalam dirinya selalu tercurah rahmat Allah SWT dan kemudian rahmat tersebut Dia sebarkan bagi seluruh umat manusia. Sehingga, dengan demikian, layaklah kalau beliau disebut sebagai pembawa "rahmat bagi semesta alam."
Sementara itu, agar manusia dapat menyerap rahmat Nabi SAW, tidak ada jalan lain kecuali dengan mencintai dan mengikuti teladan beliau. Untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi SAW, maka kita pun diperintahkan pula oleh Allah SWT untuk berselawat kepadanya. Jadi, shalawat atas Nabi SAW merupakan sarana bagi kita untuk menerima curahan rahmat Allah SWT sebagai konsekuen dari keImanan kepada Allah SWT dan Nabi-Nya. Adapun rahmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi SAW dinyatakan dalam firman-Nya:
"Dan kamu tidak pernah mengharap agar Alquran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu sekali-kali menjadi penolong bagi orang-orang kafir." (QS Al-Qashash, 28 : 86).
Jadi, kecintaan kita kepada Nabi SAW agar memperoleh rahmat Allah SWT, pertama-tama harus ditujukan kepada kecintaan dan keterikatan kita pada Al-Qur’an. Dan, untuk dapat mengikuti Al-Qur’an mestilah mengikuti Nabi SAW. Karena, seperti dinyatakan dalam hadis, akhlak Nabi SAW adalah Al-Qur’an. Ini mengandung erti bahwa seluruh keperibadian Nabi merupakan gambaran hidup dari Al-Qur’an, dan dengan demikian ini merupakan bentuk konkrit dari pengamalan ajaran Islam.
Berikutnya, kecintaan kepada Nabi dan risalah yang di bawahnya harus di ikuti dengan kecintaan kepada keluarga Nabi (Ahlul Bait). Allah SWT berfirman, "Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Tidaklah aku meminta upah atas seruanku, melainkan kecintaan kepada keluargaku.’" (QS Asy-Syura, 42 : 23).
Ahlul bait Nabi merupakan pasangan dari Al-Qur’an. Kesucian mereka dijamin oleh Allah SWT (QS 33:33), sehingga mereka menjadi kayu ukur dalam pengalaman ajaran Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW. Oleh karena itulah Nabi SAW bersabda: "Cintailah Allah atas limpahan nikmat-Nya kepadamu. Cintailah aku karena kecintaanmu kepada Allah. Dan cintai Ahlil Bait-ku karena kecintaan kepadaku." (Bihar Al-Anwar 70: 14).
Mengkomentar akan hadis ini, Jalaluddin Rahmat dalam bukunya, "Membuka Tirai Keghaiban: Renungan-renungan Sufistik" mengatakan, "Inilah logika kecintaan yang agung. Dari kecintaan kepada Allah, kita mencintai Rasulullah SAW. Dari kecintaan kepada Rasulullah SAW, kita mencintai keluarganya. Dari kecintaan kepada keluarganya, kita akan mencintai apa yang mereka cintakan."
Al-Qur’an dan Ahlul bait adalah dua rahmat Allah SWT yang ditinggalkan Nabi SAW kepada kita untuk dijadikan pegangan hidup yang akan menuntun manusia pada jalan keselamatan. Melalui Al-Qur’an kita dapatkan kebenaran ajaran dan risalah Ilahiah yang dibawa Rasulullah SAW, dan melalui Ahlul bait Nabi kita dapatkan contoh nyata penerapan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW secara benar dan konsisten.
Dengan demikian, erti dan makna Maulid Nabi SAW bagi umat Islam adalah sebagai sarana untuk memupuk dan menanamkan kecintaan kepada Nabi SAW dengan mengingat kembali sejarah perjuangan beliau dan menteladani akhlak serta keperibadian beliau, melalui dua pusaka yang ditinggalkannya iaitu Al-Qur’an dan Itrah Ahlul Bait.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: "Aku adalah orang yang pertama sekali memohon Syafa`at dan aku adalah orang yang pertama kali diterima Syafa`atnya oleh Allah SAW." Lihatlah di dalam hadis ini! Rasulullah SAW mengajar agar kita menjalin hubungan dengannya, menjalin hubungan yang erat dengan Rasulullah SAW. Dahulu para sahabat berkumpul yang dalam perkumpulan itu para sahabat mengingat Allah SWT, mereka berkumpul mengingat Nabi Muhammad SAW, mengingat orang-orang yang dimuliakan oleh Allah.
Lihat keadaan kaum muslimin sekarang, berbeza dengan keadaan para sahabat Rasulullah SAW, kaum muslimin di zaman kita berkumpul mengingati orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, menyebut nama-nama orang yang hina di sisi Allah SWT, sehingga betapa banyak kaum muslimin yang terpengaruh dengan pemikiran barat, pemikiran orang-orang yang tidak pernah sujud kepada Allah SWT. Kewajiban kita kaum muslimin adalah kita menyuburkan keimanan di dalam hati kita, kita tingkatkan keimanan kepada Allah SWT dan tanamkan pada hati-hati kita bahawa kemuliaan hanya milik Allah SWT dan Rasulullah SAW, keagungan hanyalah milik Allah SWT dan RasulNya. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an: "Kemuliaan, keagungan adalah milik Allah, milik Rasulullah dan milik mereka yang beriman kepada Allah. Adapun mereka orang-orang munafiqin tidak mengetahui kalau kemuliaan adalah milik Allah."
Oleh kerana itu wahai saudara-saudari ku!! Mari kita agungkan Allah SWT, kita agungkan mereka orang-orang yang di agungkan Allah SWT, muliakanlah orang-orang yang di muliakan oleh Allah SWT. Kewajiban kita mengagungkan Allah SWT, mengagungkan Rasulullah SAW, mengagungkan para sahabat Rasulullah SAW, mengagungkan para Auliya` Allah.
Disebutkan ketika pada suatu hari para sahabat berkumpul, mereka menyebut tentang keistimewaan para Nabi-Nabi yang terdahulu. Beberapa dari mereka mengatakan: "Lihatlah Nabi Ibrahim yang dijadikan oleh Allah sebagai Khalilullah." Maka beberapa sahabat yang lain mengatakan: "Tapi lihat Nabi Musa yang lebih agung yang dijadikan oleh Allah sebagai kalimullah, orang yang bicara langsung dengan Allah." Beberapa lagi mengatakan: "Lihat Nabi Isa a.s. yang dijadikan oleh Allah sebagai Ruhullah sebagai Kalimatullah!" Beberapa lagi mengatakan tentang Nabi Adam yang diciptakan oleh Allah secara langsung.
Ketika mereka sedang menyebutkan keistimewaan para nabi yang terdahulu, datang kepada mereka Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam, ketika Nabi Muhammad SAW datang pada mereka dan mengucapkan salam kepada mereka, Rasulullah mengatakan kepada mereka: "Wahai para sahabatku, kalian berkumpul pada saat ini menyebutkan tentang keistimewaan para nabi utusan-utusan Allah, kalian mengatakan bahawa Nabi Ibrahim adalah Khalilullah dan memang demikian Nabi Ibrahim adalah Khalilullah. Dan kalian menyebutkan bahawa Nabi Musa adalah Kalimullah, Nabi yang berbicara langsung dengan Allah, yang bermunajat langsung dengan Allah, dan memang demikian adanya Nabi Musa sebagai Kalimullah. Dan demikian pula dengan Nabi Isa dan Nabi Adam, yang mereka adalah orang yang mulia di sisi Allah `Azza wa Jalla." Kemudian Nabi mengatakan kepada mereka: "Dan ketahuilah wahai para sahabatku bahwa aku adalah Habibullah, aku adalah kekasih Allah, aku adalah orang pertama yang akan memberikan syafa`at kepada umat manusia di hari kiamat nanti, aku adalah orang yang termulia dari semua makhluk yang diciptakan Allah, aku adalah nabi pertama yang akan memasuki Syurga dan bersamaku orang-orang Fuqara` dari kalangan orang-orang mukminin (orang-orang yang beriman kepada Allah)."
Lihatlah Rasulullah SAW, bagaimana beliau mengajarkan kita agar kita menjalinkan hubungan dengannya, agar kita selalu menguatkan hubungan dengan Rasulullah SAW. Allah dan RasulNya lebih pantas kita agungkan, lebih pantas kita muliakan kalau memang kita beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW.
“
“
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد...ٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
*Maafkan pihak kami kerana lambat membuat sebarang posting terbaru di sini atas sebab-sebab yang tidak dapat dielakkan. Memandangkan Maulid Nabi hampir tiba, banyak hal-hal berkaitan yang perlu diuruskan dahulu. Jadi sekali lagi pihak bk.blogspot memohon 1001 kemaafan daripada semua pembaca blog ini diatas kelewatan artikel terbaru. Harap maklum.
Kredit Artikel diatas diberikan kepada:
1) Subhi Bani Alwiyyin
2) Muaz Takim
3) Isfahen Sheikh
4) Mutasawwif Sufi Al-Haq
5) Sofiuddin Al-Husaini
6) Sayyidi As-Syeikh Abdul Razak Al-Masri
7) Usrah As-Sakinah
Dan semua yang terlibat secara langsung atau tidak langsung.
-Catatan 'bradokapak'
Rabu, 9 Februari 2011, 11.31 malam.
salam bradokapak
ReplyDeletealangkah bagus sekiranya artikel diatas dibuat bersiri...sebab nak baca sekaligus penat rasanya...sekadar pandangan...
Salam buat anon February 17, 2011 3:07 AM,
ReplyDeleteMaafkan kami atas kelemahan kami. InsyaAllah, dimasa akan datang kami akan cuba utk memendekkan artikel kami. Sekiranya artikel itu panjang, akan kami usahakan agar ia menjadi bersiri.
Terima kasih atas komen dan cadangan. Cadangan saudara diterima...
Sekian. Salam Maulidur Rasul 1432H buat saudara dan seluruh pembaca...
Wassalam.